Kamis, 22 Agustus 2013

Resep Menciptakan Guru yang Profesional

oleh: Agus Sampurno
 

Banyak pengelola sekolah yang kurang menyadari dengan hanya menganggap guru sebagai karyawannya. Hasilnya guru kurang betah dan tidak dianggap sebagai guru yang punya kewenangan, dan tidak merasa dirinya sebagai individu yang profesional.
Profesi guru punya dua sisi, satu sebagai pendidik dan yang satunya lagi sebagai karyawan sebuah sekolah.


Ada juga pengelola sekolah yang hanya anggap guru-gurunya sebagai guru tanpa embel-embel menjadi karyawan yang profesional. Hal yang terjadi mereka kewalahan dalam hadapi sikap guru yang aneh-aneh. Puncaknya mereka akan katakan "kok bisa ya seorang guru bersikap seperti itu?" Nah disinilah letak seninya mengelola guru.

Saya membaginya menjadi dua hal besar yang layak untuk dibahas.

Seorang guru bisa berperan sebagai guru yang baik cara mengajarnya di kelas dan profesional dalam berhadapan dengan orang tua murid jika:
  • Dilatih dan rutin ditingkatkan kompetensinya. Bisa per 2 minggu lewat diskusi ringan, klub buku dan lain sebagainya. Bisa juga di awal tahun ajaran atau dikirim pelatihan ke dalam dan luar negeri.
  • Dengarkan keinginannya sambil dicarikan jalan keluar.
  • Diperhatikan kebutuhannya dalam mengajar sesuai dengan kemampuan sekolah (media pembelajaran dll).
  • Dipercaya saat punya masalah dengan orang tua, tugas sekolah dan kepala sekolah adalah memonitor dan mendampingi guru agar bisa jadikan orang tua siswa sebagai partner.
  • Dipercaya mengatur irama pembelajarannya dan didukung penuh saat ingin mengembangkan diri sebagai guru.


Seorang guru akan menjadi karyawan yang profesional jika:

  • Dievaluasi setiap tahun dengan cara yang adil dan komprehensif. Hal yang terbaik adalah jika kriteria penilaiannya datang dari guru sendiri. Dengan bekerja dalam komite mereka merumuskan sendiri kriteria penilaiannya. Jika sekolah efektif dalam menilai guru maka guru akan senang berbuat yang terbaik karena ia tahu akan diapresiasi sekolah lewat peningkatan pendapatan (gaji) yang meningkat sesuai dengan hasil evaluasinya.
  • Di apresiasi kerja kerasnya. Jika sekolah yang meminta gurunya berbahasa Inggris saat mengajar, maka sekolah juga lah yang mesti melatih gurunya berbahasa Inggris dan memberikan tunjangan tergantung kemampuan bahasa Inggris guru tersebut.
  • Diperhatikan keluarganya. Penting bagi seorang guru merasa bahwa sekolah memperhatikan keluarganya. Caranya bisa lewat asuransi bagi anak istri, pinjaman lunak atau sekedar jalan-jalan akhir tahun bersama keluarga, melepas penat setelah setahun sibuk mengajar.
  • Diperlakukan dengan adil, jika guru merasa atasannya pilih kasih maka ia akan kehilangan kepercayaan pada sekolah sebagai institusi tempat ia bekerja dan jadi tidak maksimal dalam bekerja.


Ada perbedaan besar antara kesejahteraan dan pendapatan. Ukuran kesejahteraan tiap orang berbeda, dan jika sekolah selalu dituntut agar memenuhi kesejahteraan guru maka sekolah juga berhak meminta guru berlaku profesional dan lakukan yang terbaik saat mengajar. Itu baru namanya klop.

(Penulis adalah Kepala Sekolah Ananda Islamic School)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar